Arsip Foto – Joaquin Phoenix berfoto dengan Piala Oscar untuk aktor terbaik yang berhasil ia raih berkat perannya dalam film “Joker” dalam ajang Academy Awards ke-92 di Los Angeles, California, Amerika Serikat, Minggu (8/2/2020). Phoenix merupakan salah satu produser film dokudrama “The Voice of Hind Rajab.” (Reuters/Lucas Jackson)
Jakarta (ANTARA) – Film "The Voice of Hind Rajab" memukau para penonton Festival Film Venesia di Italia, membuat orang-orang yang menyaksikannya bertepuk tangan sambil berdiri selama 22 menit di tengah isak tangis dan seruan "Bebaskan Palestina."
Menurut siaran Variety pada Rabu (3/9), "The Voice of Hind Rajab" menjadi film yang mendapat standing ovation terpanjang dalam Festival Film Venesia sejauh ini.
Karena lamanya para penonton bertepuk tangan sambil berdiri, lampu teater di Sala Grande sampai diredupkan, sepertinya agar para penonton segera bubar. Namun tepuk tangan penonton terus berlanjut.
Film "The Voice of Hind Rajab" garapan sutradara Kaouther Ben Hania dari Tunisia menceritakan kisah nyata Hind Rajab, seorang anak perempuan Palestina berusia lima tahun yang gugur pada awal genosida yang dilakukan oleh penjajah Israel di Gaza.
Saat melarikan diri bersama keluarganya dari Kota Gaza pada Januari 2024, tentara Israel membombardir mobil yang ditumpangi Rajab, menewaskan paman, bibi, dan tiga sepupunya.
Ia terlantar selama berjam-jam di dalam kendaraan saat menelepon Palang Merah Palestina, sementara petugas paramedis berusaha menyelamatkannya.
Ketika akhirnya berhasil ditemukan, Rajab dan petugas paramedis yang berusaha menolongnya ditemukan tewas. Sebuah tank Israel menembakkan 335 peluru ke mobil tersebut.
Suara Rajab yang direkam melalui telepon digunakan dalam film "The Voice of Hind Rajab." Hanya sedikit penonton yang tidak menangis saat menyaksikan film tersebut.
Joaquin Phoenix dan Rooney Mara selaku produser eksekutif film menghadiri acara penayangan perdana "The Voice of Hind Rajab." Mereka memegang foto Hind Rajab di karpet merah bersama tim produksi. Phoenix juga mengenakan pin Artists for Ceasefire.
Bahkan sebelum pemutaran perdana resminya, banyak pengunjung festival yang memprediksi bahwa film ini akan menjadi kandidat terkuat untuk Golden Lion. Sambutan emosional penonton pada pemutaran perdana film tampaknya memperkuat prediksi ini.
Baca juga: Joaquin Phoenix dan Rooney Mara kembali dengan film "Polaris"
Dalam konferensi pers mengenai "The Voice of Hind Rajab," yang diawali dengan tepuk tangan meriah dari sebagian besar hadirin, salah satu bintang film, Saja Kilani, membacakan pernyataan atas nama tim produksi.
"Kami bertanya: Apakah ini belum cukup? Sudah cukup dengan pembunuhan massal, kelaparan, kehancuran, dehumanisasi, dan pendudukan yang terus berlanjut," ujarnya.
Dia menyampaikan bahwa kisah Hind Rajab membawa beban semua orang. Suaranya adalah satu di antara 19.000 anak yang kehilangan nyawa di Gaza, hanya dalam dua tahun terakhir.
"Itu adalah suara setiap ibu, ayah, dokter, guru, seniman, jurnalis, relawan, paramedis, masing-masing berhak untuk hidup, bermimpi, dan hidup bermartabat, tetapi semua itu dicuri di depan mata yang tak berkedip. Dan hanya suara-suara inilah yang kita kenal. Di balik setiap angka, ada kisah yang tak pernah terungkap," ia menuturkan.
Kilani mengatakan bahwa kisah Hind Rajab memperlihatkan bagaimana seorang anak menangis, memohon untuk diselamatkan nyawanya.
"Dan pertanyaan menghantuinya adalah: bagaimana kita bisa membiarkan seorang anak merengek minta hidup dan tak didengar? Tak seorang pun bisa hidup damai sementara seorang anak masih berjuang untuk hidup," katanya.
"Biarkan suara Hind Rajab bergema di setiap panggung, biarkan ia mengingatkanmu akan kesunyian yang dibangun dunia di sekitar Gaza, biarkan ia menyebut genosida yang dilindungi oleh kesunyian dan biarkan ia menembus kata: cukup."
Baca juga: Joaquin Phoenix menampilkan ketakutan dalam cuplikan "Beau is Afraid"
"The Voice of Hind Rajab" diproduseri oleh Brad Pitt, Phoenix, dan Mara. Phoenix dan Mara menghadiri konferensi pers mengenai film tersebut di Festival Film Venesia.
Ketika ditanya apakah keikutsertaan mereka dalam film ini menunjukkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah kalah dalam perang budaya di Hollywood, Ben Hania mengatakan bahwa ia berharap partisipasi mereka akan "berarti."
"Kita telah melihat narasi di seluruh dunia bahwa mereka yang meninggal di Gaza adalah korban tambahan. Ini sangat tidak manusiawi," katanya.
"Dan itulah mengapa sinema, seni, dan segala bentuk ekspresi sangat penting — untuk memberi mereka suara dan wajah," ia menambahkan.
Baca juga: PBB: Anak-anak Gaza terancam jadi generasi yang hilang
Baca juga: Ratusan ribu anak di Jalur Gaza kehilangan kesempatan bersekolah
Penerjemah: Abdu FaisalEditor: Maryati Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.